Gelombang laut dan lonceng menjadi inspirasi zamrisyaf. Periset pada Divisi Penelitian dan Pengembangan PT PLN (Persero) ini merancang pembangkit listrik dengan energi gelombang laut yang menggerakan bandul kemudian diubah menjadi energi penggerak roda gila dan turbin listrik.
Teknologi ini sudah mendapatkan hak paten dan siap dikomersialkan, kata Zamrisyaf. Zamrisyaf mendaftarkan teknologi pembangkit tenaga gelombang laut-sistem bandulan (PLTGL-SB) untuk mendapatkan paten sejak tahun 2002. Seperti inovasi-inovasi karya peneliti lain, Zamrisyaf harus menunggu perolehan patennya. Penantiannya berlangsung 8 tahun untuk mendapatkan hak paten dari Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Awalnya Zamrisyaf menekuni bidang pembangkit listrik mikrohidro. Kemudian, suatu perjalanan dengan kapal mendatangkan inspirasi baginya untuk merancang PLTGL-SB. Pada perjalanan itu, kapal diterpa badai dengan gelombang laut tinggi. Kapal berayun-ayun, lonceng kapal pun berdentang. Zamrisyaf menyimak rumah lonceng beradu dengan bandulnya.
Gelombang laut memiliki energi yang diteruskan bandulan lonceng. Bandulan lonceng menghasilkan energi bunyi, tetapi bandulan pada PLTGL-SB rancangan saya menghasilkan listrik, kata Zamrisyaf. Ia mengutip hukum kekekalan energi bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi diubah. Zamrisyaf mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik melalui perantara energi gerak bandulan yang menjadi penggerak roda gila. Pada akhirnya, roda gila menggerakkan turbin atau dinamo yang berputar dan menghasilkan listrik.
Tidak Terendam
Zamrisyaf menyatakan, berbagai peralatan utama, seperti bandul, roda gila, dan turbin listrik tidak terendam air laut. Peralatan itu ditopang dengan ponton yang tersusun dari beberapa drum. Bagian ponton yang terendam itu diusahakan hanya sekitar satu meter. Kemudian Zamrisyaf menghitung nilai optimum dalam menghasilkan listrik. Perhitungan berdasarkan asumsi rata-rata tinggi gelombang laut 1,5 meter dengan periode 3-9 detik. Dengan ukuran ponton 4 x 4 meter dibuat eksperimen dengan bandul 10 meter. Eksperimen dilakukan dengan pengubahan panjang gelombang bandul.
Ketika panjang lengan bandul 1 meter, diperoleh periode ayunan bandul 9 detik yang mampu menghasilkan listrik 200 watt. Saat lengan bandul diperpanjang 1,5 meter, diperoleh periode ayunan bandul 6 detik yang menghasilkan daya listrik 6.750 watt. Nilai optimum tercapai ketika lengan bandul seberat 10 kg itu diperpanjang menjadi 2 meter. Periode ayunan bandul diperoleh 3 detik dan menghasilkan listrik 25.200 watt. Dalam satu ponton, bisa dibuat lebih dari 1 bandul, kata Zamrisyaf.
Menahan Abrasi
Zamrisyaf mengatakan PLTGL-SB ramah lingkungan. Selain menggunakan sumber energi terbarukan tanpa bahan bakar minyak, keberadaan PLTGL-SB mampu meredam gelombang laut yang menimbulkan abrasi pantai. PLTGL-SB meredam energi gelombang setelah energi tersebut diubah menjadi energi penggerak bandul. Energi gelombang laut akan menjadi berkurang ketika menghantam pantai.
Uji coba PLTGL-SB selama ini dilaksanakan di Padang. Aplikasi PLTGL-SB banyak dibutuhkan diwilayah kepulauan terpencil. Dari 17.508 pulau di Indonesia, panjang pantai mencapai 81.290 km. Menurut Zamrisyaf, dengan asumsi 10% panjang pantai bisa dimanfaatkan untuk PLTGL-SB, dapat diproduksi listrik sebesar 61.000 megawatt (MW). Statistik pembangkit listrik PLN sampai tahun 2009 baru mencapai kapasitas produksi listrik 25.635 MW, itupun dengan berbagai sumber energi meliputi hidro, uap air dari pembakaran batubara, gas, diesel, panas bumi, dan sebagainya. Pemerintah dihadapkan pada banyak persoalan di wilayah terpencil, terutama yang menjadi perbatasan darat maupun laut. Pengembangan infrastruktur diwilayah itu sangat rendah, termasuk rasio elektrofikasinya.
Teknologi PLTGL-SB karya Zamrisyaf, peneliti dari PLN ini memiliki potensi besar untuk diterapkan, terutama untuk mengaliri 92 pulau kecil yang menjadi pulau terluar wilayah Indonesia. Zamrisyaf sudah menyediakan jalan keluar bagi kesulitan pembangunan infrastruktur kelistrikan, terutama untuk pulau-pulau terpencil. Kemauan pemerintah diuji untuk mengaplikasikannya.
Sumber : Kompas edisi 20 Mei 2011